Paradigm Shift in Philosophy of Science: into Islamic Epistemology
July 28, 2008 at 6:52 am | Posted in Artikel: Wawasan | 2 CommentsHolistics & Integralistics ParadigmÓ
By:
Ahmad Y Samantho,
“AND ALLAH HAS BROUGHT YOU FORT FROM THE WOMBS OF YOUR MOTHER – YOU DID NOT KNOW ANYTHING – AND HE GAVE YOU HEARING AND SIGHT AND HEARTS THAT YOU MAY GIVE THANKS.”
( QS AN-NAHL, 16: 78 )
I.INTRODUCTION
A.Multi Dimensional Crisis caused by Western-Secular Paradigm in Sciences’ Development
Dr. Armahedi Mahzar said in his Introduction for Hussain Heriyanto Book of “Paradigma Holistik” that in second medieval of the late century, there had been happen paradigm shift or inclination to changes into more new paradigm in sciences. Paradigm is a philosophical assumption that becomes basics or fundamental principles for any field of civilization such as science and technology.The dominant paradigm in the beginning of the last century is materialistic-mechanistic paradigm which known as Cartesian-Newtonian Paradigm.
The success of Newton theory of gravitation and mechanics, had strengthened by another theory such as hypothetic-deductive method which rational-speculative that develop by Rene Descartes, with ‘over’ (extreme) experimental-inductive and objective-empiric method, develop by Roger Bacon.
Continue Reading Paradigm Shift in Philosophy of Science: into Islamic Epistemology…
Merayakan Keseluruhan: Menjajaki Padadigma Holistik dalam kehidupan Sosial
July 28, 2008 at 6:32 am | Posted in Artikel: Wawasan | Leave a commentMerayakan Keseluruhan:
Menjajaki Paradigma Holistik dalam Kehidupan Sosial[1]
Hardiansyah Suteja[2]
Abstraksi
Pandangan-dunia modern adalah logika keterpilahan dan keterpisahan serta subjektivisme-antroposentrisme. Secara filosofis, peradaban modern disinari paradigma Cartesian-Newtonian[3]. Suatu pandangan dunia mekanistik-deterministik-reduksionistik-atomistik- instrumentalistik-linearistik, yang menempatkan manusia sebagai bagian (parsial), sebagai pusat sesuatu secara keseluruhan. Manusia modern adalah nonpartisipan dalam menjalani kehidupan. Manusia modern adalah manusia yang teralienasi dan manusia ter-reifikasi. Manusia modern adalah manusia yang tanpa dunia-organis. Peradaban modern mewariskan, salah satunya, persoalan dualitas.
Rene Descartes (1596-1650), Bapak Filsafat Modern, dianggap orang yang kali pertama sukses membangun sistem filsafat secara sistematis dalam keterpilahan antara jiwa dan tubuh atau res cogitans dan res extensa. Pandangan Descartes diikuti maupun dikukuhkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Dalam perkembangannya, pandangan dualisme bersifat linear-deterministik-reduksionistik-atomistik- instrumentalistik. Pandangan ini melihat segala sesuatu secara serba terpilah dan dikotomis. Realitas yang kompleks, kesalinghubungan dipandang hanya sebagai kumpulan balok atom. Layaknya puzzle realitas dicopot satu per satu, kemudian dari pengamatan terpilah tersebut digabungkan, dan kemudian dikuantifikasikan.
Pandangan tersebut sejatinya, selain gagal dalam menangkap realitas secara utuh atau holisitik, pandangan ini, yang kemudian dikenal dengan paradigma Cartesian-Newtonian[4], turut menyumbangkan krisis kompleks dan multidimesional. Seperti, krisis ekologis, kekerasan, dehumanisasi, moral, kriminalitas, kesenjangan sosial yang kian menganga, serta ancaman krisis lainnya. Tulisan berikut berusaha menyoal itu. Dari mana pandangan-dunia modern mengakar? Apa saja implikasi dari pandangan ini? Kenapa pandangan ini tidak mampu membingkai realitas secara utuh dan menjawab persoalan secara holistik? Kemudian, mengingat paradigma tersebut muncul kali pertama pada ranah sains, bagaimana implikasi paradigma holistik pada ranah sosial, baik itu mulai dari ilmu-ilmu sosial (social sciences/studies) hingga kehidupan harian atau sosial?
Katakunci: alienasi, reifikasi, dualisme, worldview (pandangan-dunia), keseluruhan, modern.
Continue Reading Merayakan Keseluruhan: Menjajaki Padadigma Holistik dalam kehidupan Sosial…
“Faith & Reason” by Seyyed Mohsen Miri, Ph.D
July 21, 2008 at 7:51 am | Posted in Artikel: Wawasan | Leave a commentPresentasi Seminar Faith and Reason oleh Dr. Seyyed Mohsen Miri Eisya, Ph.D
Pemetaan Hubungan Sains dan Agama : Ir. Husain Heriyanto, MA, M.Hum
July 21, 2008 at 7:33 am | Posted in Artikel: Wawasan | Leave a commentA Philosophical Basis for Inter-Religious Dialogue: Dr. Max Stephens
July 21, 2008 at 7:06 am | Posted in Uncategorized | Leave a commentPlease Klik for more information on his presentation :
Notulensi Seminar: KULTUR SAINTIFIK DAN RASIONALITAS DALAM ISLAM
July 21, 2008 at 4:36 am | Posted in Seminar-seminar | Leave a commentNotulensi Seminar:
‘Kultur Saintifik dan Rasionalitas Dalam Islam’
Aula Nurcholish Madjid
Senin, 26 Februari 2007
KASET I
Moderator
Assalamualaikum Wr. Wb.
Izinkanlah saya di sini untuk membawakan acara. Acara pertama adalah pembukaan. Marilah kita buka acara ini dengan mengucapkan Bismillahi ar-rahmani ar-rahim. Berlanjut ke acara kedua adalah sambutan. Sambutan yang pertama akan disampaikan oleh panitia yaitu Aan Rukmana.
Aan Rukmana
Bismillahi ar-rahmani ar-rahim. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Osman Bakar, bapak Mulyadhi Kartanegara, bapak Nirwan Ahmad Arsuka, bapak Husein Heriyanto, kepada bapak-bapak dan ibu-ibu serta semuanya. Insyaallah hari ini kita akan mengadakan public discussion yang akan diisi oleh Prof. Dr. Osman Bakar dan akan ditanggapi oleh Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Nirwan Ahmad Arsuka, dan Husain Heriyanto. Acara hari ini merupakan gabungan dari PSIK, Avicenna Center for Religion and Science Studies (ACROSS) ICAS dan CIPSI.
Moderator
Terima kasih saudara Aan. Untuk sambutan selanjutnya dari Chairman Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina Dr. Yudi Latif. Kepadanya kami persilahkan.
Dr. Yudi Latif
Assalamualaikum Wr. Wb. Pertama saya berjumpa kembali dengan Dr. Osman Bakar ketika ada seminar di Strasbourg. Tentu kehadiran beliau di sini sangat bermakna karena salah satu dari sedikit ilmuan Islam di Asia Tenggara yang sangat konsisten dalam mengembangkam pemikiran-pemikiran Islam, terutama dengan pemikiran filsafat Islam. Saya kira juga di sini ada yang lain yaitu Prof. Mulyadhi, cuma beliau yang masih tawadhu di tengah hiruk pikuk politik Indonesia dan masih bisa menelurkan karya, tidak tergoda dengan angin modernitas yang sedang meniup angin intelektual di Jakarta. Pak Mulyadhi ketika muda sudah produktif, di umur 30an dan tentu saja ini memberi teladan yang baik bagi kita yang muda.
Continue Reading Notulensi Seminar: KULTUR SAINTIFIK DAN RASIONALITAS DALAM ISLAM…
Masalah Lingkungan di Dunia Islam Kontemporer: Pandangan Seyyed Hosein Nasr
July 19, 2008 at 4:42 am | Posted in Artikel: Wawasan | Leave a commentSEYYED HOSSEIN NASR:
(Makalah dipresentasikan oleh E. Sri Mulyati dalam Diskusi ACRoSS “Menanam Sebelum Kiamat”)
Permasalahan Pokok
Pemerintah dan masyarakat dunia Islam, di mana pun berada, merasakan keprihatinan mendalam dan memberi perhatian besar atas berbagai macam masalah yang ada saat ini. Namun, ada hal lain yang tak kalah penting, di luar dimensi kehidupan spiritual dan religius, yang pantas mendapatkan perhatian saat ini, yaitu isu mengenai krisis lingkungan. Krisis tersebut meliputi seluruh sistem ekologi alami di bumi, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan manusia; seperti udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, air yang kita minum. Termasuk sistem organ di dalam tubuh kita.
Continue Reading Masalah Lingkungan di Dunia Islam Kontemporer: Pandangan Seyyed Hosein Nasr…
Kapitalisme: Sebuah Modus Eksistensi
July 16, 2008 at 4:29 am | Posted in Artikel: Wawasan | 1 CommentKapitalisme: Sebuah Modus Eksistensi*
Oleh: Husain Heriyanto
PENGANTAR
Saat ini tidak ada yang bisa membantah kedigdayaan rezim kapitalisme mendominasi peradaban dunia global. Berakhirnya Perang Dingin menyusul ambruknya komunisme-sosialisme Uni Soviet beserta negara-negara satelitnya sering diinterpretasikan sebagai kemenangan kapitalisme. Hampir dalam setiap sektor kehidupan, logika dan budaya kapitalisme hadir menggerakkan aktivitas. Kritik-kritik yang ditujukan terhadap kapitalisme justru bermuara kepada terkooptasinya kritik-kritik tersebut untuk lebih mengukuhkan kapitalisme.